Suatu waktu pada saat ziarah hari raya, aku bersama teman-teman
mahasiswa Turkey bersilaturahim ke kediaman syeikh Saied Ramadhan Buty,
setelah duduk ditemani beliau dan beberapa orang lain sambil menikmati
"ahweh murroh", kami pamit minta izin, sebelum beranjak pergi, salahsatu
temanku berkata, "Kami minta pesan biar mendapat motivasi dalam belajar
dan berdakwah", beliau menjawab singkat, "Ittaqullah
wayuallimukumullah". Nasehat singkat yang sering aku baca di Quran, tapi
jarang kusadari maknanya mengakhiri pertemuan kami dengan beliau.
Sepanjang
perjalanan pulang aku berfikir, kenapa bisa terlewat kalimat itu dari
benakku, kalaupun aku tahu, tapi jarang sekali kulaksanakan. "Ittaqullah
wayuallimukumullah", bertaqwalah kamu pada Allah, maka Allah akan
mengajarimu. Aku mulai berfikir, ternyata selama ini aku membaca Quran
cuma sekedar baca, tidak sampai ke hati, hanya nyantol ditenggorokan.
Aku jadi ingat pesan Dr. Aiman Syawwa tentang tadabbur Quran, kata
beliau "Pastikan setiap hari kamu punya paling tidak 30 menit untuk
membaca dan mentadabburi Quran", beruntunglah kamu-kamu yang belajar
bahasa Arab, bisa membaca Quran dan memahaminya, meskipun yang tidak
paham juga dapat pahala membaca, karena sekedar membaca saja sudah
bernilai ibadah, tapi bagi yang baca dan paham tentunya ada nilai plus.
Ittaqullah
wayuallimukumullah, bertaqwalah kamu kepada Allah, maka Allah akan
mengajarimu, kalimat singkat yang penuh dengan motivasi,bagi yang sedang
mencari motivasi untuk menjadi insan yang lebih baik, ini lahmotivasi
yang kudu kamu ingat dan kamu lakukan.
Kalau kamu mau
mengakui bahwa "ilmu pengetahuan" itu adalah cahaya ilahi dan cahaya itu
suci, maka dia tidak akan bisa ditempatkan kecuali di tempat yang suci
juga. Tempat ilmu itu bukan otak, tapi hati, kamu harus membenahi hati
dulu baru ilmu itu bisa masuk dalam hati.
Orang akan
mengatakan, "Alah, teori! Orang kafir para penemu-penemu besar tidak ada
yang beriman, tapi bisa membuat pesawat terbang!". Hmmm…apa kamu kira
Thomas alva Edison itu nggak beriman? Wilbur dan Overly Wright itu nggak
beriman? Issac Newton tidak beriman? Mereka semua orang-orang yang taat
beragama, meskipun mereka itu beragama Kristen, tetapi mereka tetap
beriman bahwa di balik dimensi yang terlihat oleh mata, ada kekuatan
lain yang mengatur alam ini, mereka percaya itu.
"Lah,
terus bedanya sama orang Islam?",jelas lah bedanya, pertama ilmu mereka
itu hanya membantu mereka di dunia saja,kalau sudah lewat pintu kuburan,
tidak ada lagi Sir Thomas Alfa Edison."Tapi, kenapa Allah mau memberi
mereka ilmu sebesar itu, sehingga dunia banyak memngambil faidah dari
mereka?". Allah itu Maha Adil, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, siapa
yang mau berusaha dan meminta, Allah kasih, tapi kalau dia tidak beriman
pada Allah, Allah nggak akan menyayangi mereka, hanya pengasih pada
semua hamba-Nya, baik mukmin maupun kafir, sedangkan sifat penyayangnya
hanya diberikan kepada mukmin.
Kedua, ilmu apapun yang
dipelajari oleh seorang yang beriman dan bertaqwa akan memberikan
manfaat bagi mereka dan orang lain di dunia dan akhirat dan paling
penting adalah apa yang dia pelajari semuanya bernilai ibadah. Seorang
mahasiswa yang beriman dan bertaqwa saat belajar tehnik di kampusnya,
tercatatlah dia sebagai orang yang sedang keluar "fisabilillah" sampai
dia pulang lagi ke rumahnya. Ilmu yang dipelajarinya sama saja dengan
ilmu yang dipelajari orang-orang atheis di Moscow, cuma yang membedakan
mereka adalah iman. Jadi, jelas bahwa ilmu itu sesuatu yang sacral dan
suci, jadi harus menyucikan diri sebelum mencari ilmu, maka ittaqullah
wayullimukumullah….
Bertaqwa itu sebenarnya
implementasi dari apa yang selalu kita ucapkan setiap mau shalat 5
waktu, yaitu "Allahu akbar",Allah Maha Besar. Itu adalah sebuah
statement dimana kita mendeklarasikan bahwaAllah itu adalah Maha Besar,
artinya tidak ada yang lebih besar dari Allah.Kalau kita sudah
mengimplementasikan "Allahu akbar" dalam perbuatan seperti halnya kita
ucapkan dengan kata-kata saat pembukaan shalat, itulah dia ketaqwaan.
Kalau
istri dan anak masih lebih besar, maka Allahu Akbar kita dalam sholat
cuma "ngapusi", kalau dunia lebih besar daripada perintah Allah, maka
Allahu Akbar kita cuma bohongan. Istri dan anak adalah sumber kekuatan
dan sarana untuk kita lebih bisa menerapkan Allahu Akbar dalam hidup,
bukan malah jadi penghalang.
Jangan sampai kamu
meninggalkan kewajiban dan melakukan larangan Allah demi mencari
kerelaan dan menyenangkan hati anak dan istri, jangan sampai karena
kepentingan dunia kamu merusak aturan Allah,tetapi jadikan anak, istri
dan dunia sebagai sarana untuk mencari kerelaan Allah. Carilah kerelaan
Allah lewat dunia, anak dan istri, maka kamu akan mendapat kerelaan
mereka semua, jangan sampai kamu mencari kerelaan mereka dengan
menantang dan mengabaikan kerelaan Tuhan, kamu akan rugi dua kali.
Dengan
"Allahu akbar" raihlah ilmu yang dititipkan Allah kepada hambanya yang
bertaqwa, ittaqullah wayuallimukumullah.Sebenarnya ini adalah teori, aku
sendiri belum mempraktekkannya, tetapi aku punya keyakinan, karena
telah banyak orang yang mempraktekkanya.
Sebut saja
Imam Nawawi, seorang ulama besar yang berumur pendek, dalam umur 45
tahun beliau wafat, tetapi meninggalkan karya tulis berupa ilmu hadis
dan fiqih yang kalau dihitung dengan jumlah umurnya,maka akan kita
dapatkan bahwa beliau setiap hari menulis 21 lembar! Bayangkan,kapan
beliau belajar?kapan mengajar?kapan tidur? Kapan makan?kapan
menulis?Tidak masuk akal kalau kita selalu memasang akal untuk hal-hal
yang dikehendakiTuhan, imam Nawawi terkenal sebagai orang yang
benar-benar mengimplementasikan"Allahu akbar" dalam kehidupan
sehari-hari, sampai-sampai beliau tidak mau makan buah-buahan hasil
tenaman kebun-kebun di kota Damascus, karena di Damascus banyak tanah
wakaf beliau takut yang dimakan itu adalah buah dari kebun wakaf.
Meskipun secara hukum fiqh halal kita memakan buah itu, karena memang
persentase kemungkinan yang dikhawatirkan sang imam sangat minim, tetapi
sifat wara' yang beliau miliki sudah di atas rata-rata, maka itu beliau
jauhi.Sebesar itu perhatian beliau terhadap apa yang dikonsumsi, demi
menjaga agar darah yang mengalir dalam nadinya benar-benar halal,
sehingga apa yang dilakukakannya penuh keberkahan.
Mungkin
itu contoh public figure abad ke 7,sekarang kita lihat contoh
kontemporer, Prof. Dr. Wahbah Zuhaily, guru kita dan anggota majma fiqh
Islamy, pengarang buku "al fiqh al Islamy waadillatuhu" dan
"ensiklopedia fiqh Islamy", beliau sangat produktif dalam menulis,
otomatis orang menulis pasti banyak membaca, karya beliau sampai
ratusan, dari mana itu semua keberkahan? Itu semua dari implementasi
"ittaqullah wayuallimukumullah", aku tidak akan menceritakan ibadah
beliau, karena ulama-ulama itu tidak suka ibadahnya diketahui umum,
karena itu adalah urusan dia dengan Tuhannya.
Sekali lagi,
jadikan "ittaqullahwayuallimukumullah" sebagai sumber motivasimu untuk
berkarya dan lebih banyak berbuat untuk sesama, jadikanlah hidup lebih
hidup dengan"ittaqullah wayuallimukumullah".
sumber: https://www.facebook.com/notes/saief-alemdar/ittaqullah-wayuallimukumullah-repost-for-request/10151609303899940