Delightedream Website

  • Kumpulan artikel Islami, sesuai pemahaman salafusshalih.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Apr 19, 2014

Pilih Belajar di LIPIA Jakarta, atau di Al-Azhar Mesir?

Belajar di LIPIA





Pakai AC, ruangan berkelas layaknya kantor, fasilitas lengkap, gedung bertingkat, ditambah dengan fasilitas lift. Semuanya disediakan gratis untuk mahasiswa Ma’had ‘ulumil islamiyah wal ‘arabiyah atau Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab yang disingkat LIPIA di Jakarta. Mukafaah (uang saku) bulanan yang diterima pun lumayan bisa menghidupi anda yang berada di kawasan mewah Pejaten Philip, yang termasuk dalam lingkaran pusat bisnis Jakarta yang berada di Kuningan, Jakarta Selatan.

Ma’had yang tepat berada di depan Mall Pejaten ini terletak di Jalan Buncit Raya. Apabila anda ingin menuju Kebun Binatang Ragunan dari daerah Kuningan, mau tidak mau anda harus lewat di depan kampus LIPIA ini. Kampus kecil yang memiliki dua gedung berkaca biru ini tampak terhimpit oleh pepohonan rindang, bahkan bendera Saudi Arabia pun tertutup oleh dedaunan pohon.

Rencana pemerintah Saudi untuk mengalokasikan sejumlah tempat menjadi kampus baru LIPIA terhalang oleh izin Pemerintahan RI. Hingga akhirnya baru-baru ini, rencana itu menunjukkan titik terang. Usut punya usut sebuah tanah telah dibeli oleh Pemerintah Saudi Arabia untuk dijadikan “Kampus Arab” (demikian LIPIA sering disebut penduduk sekitar kampus yang lama). Kampus baru universitas bebas biaya ini tengah dibangun di daerah Pasar Rebo. Kampus baru ini memang belum selesai, namun jika anda memperhatikan dari luar akan tampak betapa megahnya dan kayanya Kerajaan Saudi Arabia ini. Untuk pagar dan gerbangnya saja sudah seperti sebuah benteng yang berukir cantik bertuliskan bahasa arab.

Banyak opini berkembang, bahwa apabila bangunan ini sudah selesai, maka akan sangat sulit bagi mahasiswa LIPIA nantinya untuk keluar masuk kampus dengan bebas karena akan diterapkan peraturan yang lebih ketat, lagipun daerah ini terletak di jalan tol menuju Bekasi, yang semakin mempersulit lalu lalang mahasiswa ke luar kampus..
Nanti mahasiswa akan benar-benar merasakan seperti apa rasanya kuliah di Universitas Al-Imam Muhammad Ibn Su’d. Semua kegiatan belajar mengajar, konsumsi dan asrama sudah disediakan di dalam kampus yang luasnya mencapai hektaran ini.

Namun hal ini belum lagi terealisasi, kampus LIPIA sampai saat ini masih di kisaran Pasar Minggu yang kucel dan sering kebanjiran. Mahasiswa pun yang ditampung di Asrama terbatas, harus tasjil (mendaftar) dan diseleksi dulu. Mahasiswa yang berada di luar kota lebih diutamakan untuk diterima. Untuk konsumsi diadakan sebuah math’am (cafeteria) di belakang gedung. Math’am ini tergolong bersih dan makanan nya pun lumayan bervariasi dan bercita rasa. Namun sebagian mahaasiswa ada yang lebih memilih untuk makan diluar. Karena memang dilarang keras memasak di dalam gedung asrama. Menggunakan pemanas air dan setrika pun dilarang, namun banyak juga yang membandel karena mereka memang membutuhkannya.

Asrama nya terdapat beberapa tingkat dan ber-AC plus kipas angin. Tiap kamar diisi 5-6 orang, disediakan fasilitas untuk setiap individu berupa kasur busa, lemari dan meja belajar. Semuanya mendapatkan kunci, dan bertanggung jawab atas propertinya. Mahasiswa diwajibkan berbahasa di dalam Sakan (asrama) ini. Namun karena tidak ada hukuman atas mukhallif (pelanggar) maka kebanyakan mahasiswa apabila berbicara sesama mereka dengan bahasa Indonesia.

Sakan Thullaab ini punya seorang pemimpin yang diangkat darri mahasiswa Syari’ah juga, yang dipanggil dengan sebutan musyrif. Musyrif sakan bertanggung jawab penuh atas sakan.
Musyrif yang mengadakan program ke-sakan-an, sepertii tahfiz rutin setelah shalat Ashar.
.
Apabila anda menuju lantai dasar gedung, maka akan didapati sebuah perpustakaan islam terbesar di Asia tenggara. Mahasiswa tidak perlu repot-repot untuk mencari referensi buku untuk bahast-bahast yang mereka buat. Terlebih lagi mahasiswa Qismu Syari’ah LIPIA.

LIPIA memiliki tiga tingkatan atau marhalah dirasiyah. Yang pertama disebut dengan Qismu I’dad lughawiy atau persiapan bahasa. Qismu I’dad ini mempunyai program pembelajaran selama dua tahun atau empat mustawa (semeter). Mukafaah yang mereka dapatkan sejumlah 100 riyal Saudi Arabia atau sekitar Rp.250.000. Qismu yang kedua adalah Qismu Takmiliy selama satu tahun pembelajaran, kemudian Qismu Syari’ah selama 4 tahun pembelajaran. Masing-masing mendapatkan mukafaah setiap bulannya sebesar 200 Riyal setara Rp.500.000. Di Qismu Syari’ah lah pelajaran-pelajaran berat layaknya perkuliahan akan didapatkan. Sementar Qismu I’dad lebih difokuskan pada Lughoh (bahasa). Dan Takmiliy adalah masa penyempurrnaan.

Anda tidak bisa langsung memasuki Qismu Syaari’ah. Paling kurang anda harus lulus program|Takmiliy selama satu tahun terlebih dahluu. Jika anda mendapatkan predikat mumtaz maka anda akan langsung diterima di Qismu Syari’ah, namun jika tidak, maka anda harus mengikuti Imtihan Qabul terlebih dahulu. Demikian pula halnya mahasiwa I’dad yang ingin lanjut ke takmiliy.



Jadi jika memang benar-benar punya niatan kuat untuk belajar di LIPIA, siapkan lah bekal mental yang kuat untuk menerima kegagalan yang sering tidak disangka-sangka.

Nilai mumtaz (cumlaude) sendiri adalah suatu hal yang biasa di LIPIA, begitu pun dengan jayyid jiddan. Mahasiswa yang mendapatkan nilai dibawah jayyid jiddan adalah mahasiswa yang dianggap kurang berprestasi. Karena umumnya mahasiswa mendapakan nilai jayyid jiddan.

Sistem pembelajaran di sini sangat ketat. Absensi setiap hari kuliah, mulai pukul 07.00-12.00 dari hari Senin-Jum’at.

Absen sangat menentukan nasib anda di LIPIA, apabila anda terhitung saja tiga hari tidak masuk tanpa kabar berita. Maka nama anda siap-siap harus dicoret dari daftar mahasiswa LIPIA. Untuk mendapatkan surat izin pun anda harus meminta langsung ke syu’un thullab, dan selamat bersusah-susah.

LIPIA juga mempunyai seorang dokter umum yang disediakan spesial bagi mahasiswa yang mungkin sakit. Semuanya bebas biaya. Anda akan diberikan kartu kesehatan untuk bisa memeriksakan diri pada thobib tersebut.

Buku-buku wajib (silsilah Lughoh ‘arabiyah) dan kitab-kitab turats bagi mahaasiswa Syari’ah serta segala bacaan dibagikan secara cuma-cuma, bahkan setiap tahunnya sebelum libur Ramadhan, setiap mahasiswa kebagian jatah buku-buku yang dibagikan gratis untuk disebarkan di daerah masing-masing, Tidak hanya itu, bahkan kiloan kurma gratis bisa anda bawa pulang sebagai oleh-oleh.

M’ahad yang merupakan perpanjangan tangan dari Universitas Al-Imam Muhammad Ibn Su’ud, Saudi Arabia ini hanya punya lima cabang di dunia. Salah satunya di Jakarta, Indonesia yang masih aktif.

Sistem penerimaaan mahasiswa di LIPIA sangat terbatas. Anda harus melewati dua kali tes untuk menduduki bangku LIPIA. Tes pertama adalah tes tahririy (tulisan), anda harus mengisi jawaban pada lembar jawaban yang diberikan sembari mendengarkan orang arab berbicara memberikan soal di depan ribuan calon mahasiswa. Setap tahunnya tidak kurang dari 1200 orang mendaftar menjadi mahasiswa Qismu I’dad di LIPIA. Namun yang diterima hanya 120 orang yang akan menempati 3 lokal. Apabila pada tes pertama anda gagal, maka hilanglah kesempatan anda untuk bisa mengikuti tes syafawi.

Pada tes syafawi (lisan) ini banyak calon mahasiswa yang jatuh mental karena harus berhadapan dengan tiga orang arab yang mengetes skill anda dalam bercakap-cakap dengan mereka. Pertanyaan yang diajukan umumnya simple dan biasa saja, namun karena grogi dan kikuk, banyak peserta tes yang tergelincir. Tes pertama adalah tes Al-qur’an, anda harus menguasai paling kurang 2 juz untuk masuk ke lembaga ini. Selanjutnya adalah tes membaca kitab gundul, i’rab, tes peengetahuan Islam seperti fiqih dan juga muhadatsah.

Untuk proram S2 LIPIA belum mnyediakan. Namun setiap minggunya , gedung ini dipakai untuk mahasiswa pasca sarjana Muhamadiyah, yang kebanyakan dosennya diambil dari LIPIA.

Para dosen yang mengajar di kelas sebagian besar berasal dari Saudi Arabia, beberapa orang Mesir, Sudan, Syiria dan Indonesia juga ada. Dosen dan Mahasiswa diharuskan berbahasa arab selama jam kuliah, Para dosen itu didatangkan khusus dari negerinya dan ditempatkan di rumah dinas khusus.

Kenyamanan dalam suasana belajar yag kondusif akan sangat terasa di LIPIA.



Belajar di Mesir



Pertama kali anda mendaratkan kaki anda di Negri Nabi ini, jangan harap akan melihat sebuah pemandangan yang menakjubkan. Karena yang akan anda lihat hanyalah padang pasir tandus yang berdebu. Kesan mereka yang pertama kali menginjakkan kaki di bumi para Nabi ini adalah panas, kasar, tidak teratur, jorok, dan debu. Semua opini hanya berada pada kisaran tersebut. Karena memang Mesir sangat terkenal dengan daerah yang berdebu, orang yang kasar jika dibandingkan dengan rakyat Indonesia, lalu lintas terburuk kedua di dunia, tanah yang tandus dan penuh debu, serta kesembrautan adminstrasi.

Adalah satu kata yang harus kita persiapkan untuk dapat kuliah di negrinya Fir’aun ini, yaitu perjuangan.

Bila kita tidak punya kesabaran, maka lebih baik undur diri sebelum terbang ke sini. Karena tanah yang akan anda injak ini adalah tanahnya para pembangkang agama Allah dahulunya, sifat mereka yang keras dan bar-bar akan sangat terasa jika anda sudah bermu’amalah dengan mereka secara intens. Apalagi bagi anda yang pertama kali mengunjungi negara ini, maka siapkanlah mental untuk menerima semua kenyataan yang mungkin berlawanan dengan apa yang anda pikirkan selama ini.

Namun Allah ciptakan segala sesuatu itu berpasang-pasangan, diantara yang buruk itu, rupanya sangat banyak orang baik yang bahkan melampaui batas kebaikan di sini. Mereka mampu memberikan segala yang dimiliki demi orang yang sama sekali tidak dikenal, bahkan bukan dari bangsa mereka. Itulah Mesir yang menjadikan orang baik menjadi benar-benar seperti Musa, dan menjadikan yang jahiliyah memang seperti halnya Fir’aun.

Sistem perkuliahan di Mesir

Kuliah pada umumnya tidak jauh dari absensi. Dan absen adalah hal yang penting untuk mendapatkan nilai yang baik yang nantinya dikalkulasikan di akhir semester. Namun di Al-azhar hal ini tidak berlaku. Tidak ada absensi. Anda bebas untuk pergi kuliah kapan saja.



Hanya saja anda harus mengikuti ujian setiap semesternya, dan harus mencapai predikat paling kurang manqulain (gagal 2 mata kuliah). Apabila anda gagal di tiga mata kuliah, alamat anda harus tinggal kelas dan mengulang kembali (rosib/i’adah).

Dan kesempatan untuk mengulang itu hanya datang dua kali saja. Jika pada tahun ketiga anda gagal lagi, maka anda harus tahwil (pindah) ke jurusan atau fakultas yang lain untuk meneruskan kuliah anda.

Fakultas terbanyak yang diminati di banin( laki-laki) adalah fakultas syari’ah, ushuluddin, dan lughoh ‘arabiyah.
Kampus banin dan banat (perempuan) pun terpisah, berada di lain daaerah.
Sementara masjid Al-azhar sendiri terletak bersebelahan dengan kampus banin.


Sistem per-administrasi-an di sini masih manual. Belum menggunakan komputer secara menyeluruh. Terbukti untuk tashdiq (surat pembenaran status sebagai mahasiswa A€l-azhar) masih menggunakan bulpen. Dan jangan kaget ketika anda tidak diacuhkan dalam berbicara dengan mereka. Karena itu adalah salah satu ciri khas peradaban mereka.

Untuk segala urusan ke-mahasiswa-an diurus di syu’un thullab. Pegawainya bukan orang terpelajar. Agaknya mereka merokok di tempat tersebut dan gaya bicaranya sangat tidak
terpelajar.

Satu- satunya hal yang dapat dibanggakan adalah jejak tulus para ulama terdahulu yang benar-benar dapat kita rasakan betapa kerasnya menuntut ilmu di sini.
Di sumber ilmu yang tidak didapatkan di Indonesia sekalipun.

Buku dan kitab-kitab turats dijual di pasaran secara besar-besaran. Yang mana di Indonesia hanya akan anda dijumpai di satu toko saja barangkali. Anda akan bebas menggunakan pakaian kebesaran Islam di sini, jubah bagi laki-laki, dan cadar bagi wanita. Akan dapat dirasakan seperti apa kita bebas dan berjuang dalam kebesaran Islam.

Stasiun TV dan radio Islam yang menyiarkan tilawah dan murattal Al-qur’an akan menjadi keseharian anda di sini. Di setiap tramko akan anda dengarkan sang supir yang menyetel murattal Al-qur’an.

Universitas yang sudah sangat tua ini adalaah peradaban yang sangat spektakuler adanya, bukti konkritnya adalah bangunan nya yang klasik dan bernilai historis tinggi. Setiap kita dapat merasakan betapa zaman dahulu susahnya para ulama mencari ilmu dengan bertalaqqi (kelompok belajar) di masjid Al-azhar, yang sampai saat ini masih dijaga tradisinya.

Adalah keniscyaan bagi seorang Azharian untuk berjuang dalam menjalani kehidupan di Mesir. Keamanan yang terjaga adalah salah satu nilai plus tinggal di sini. Karena system pemerintahan di sini kerap mengekang rakyatnya dan tidak mencampuri urusan negara layaknya Indonesia di zaman orde baru dahulu. Dan berhati-hatilah terhadap hukum di sini yang berazaskaan praduga bersalah, yang akan menghukum sesiapa saja tanpa pembelaan.

Selain udara yang sangat tidak cocok dengan orang tropis, di saat panas akan sangat panas bisa mencapai 48 derjat celcius, dan jika dingin pun akan sangat dingin hingga mencapai dibawah 10 derjat celcius. Kesiapan fisik agaknya harus diperhatikan untuk dapat bertahan di daerah yang radikal ini.

Hal positif yang perlu dicatat adalah kesholehan warga negara Mesir yang bisa diacungi jempol. Setiap kata-kata yang dilontarkan tidak terlepas dari Rabbuna (Tuhan kita) atau Allah, setiap saat anda akan terkagum dengan mereka yang membaca Al-qur’an dimanapun, di dalam bis, di pasar, bahkan polisi pun membaca Al-qur’an. Kecintaan mereka pada agama Allah sangat patut untuk ditiru. Sebagian besar toko pun tutup selama shalat berlangsung. Anda akan kagum melihat mereka yang mengucapkan salam dimanapun dan kapanpun, bahkan ketika akan masuk kedalam bus dan tempat wudhu’ sekalipun.

Tapi jangan heran ketika anda menemukan keturunan Fir’aun yang keras kepala tak beradab, kerap sekali terjadi cek-cok mulut di jalan-jalan hingga menyebabkan macet dan lalu lintas terganggu. Namun yang aneh peercekcokan itu tetap diakhiri dengan “shollu ‘ala Muhammad” yang merupakan titik terang, sudahlah lebih baik damai saja.

Jangan sampai anda terkagum-kagum melihat paras mereka yang sangat rupawan, Allah sangat sayang pada mereka, keturunan Nabi Yusuf ini. Dibalik ketandusan negrinya, Allah berikan rupa yang menarik setiap mata yang memandang, betapa Maha Adil Allah.

Sifat mereka yang keras dan bar-bar itu agaknya adalah keturunan darah nenek moyang mereka sendiri, dan akibat dari tekanan lingkungan yang mengharuskan mereka bersikap kasar dan kurang beradab jika dibandingkan dengan bangsa Indonesia. Bercandanya mereka adalah marahnya kita.
Begitulah kira-kira.

Untuk dapat menyelesaikan program S1 di Mesir anda harus menjalani 4 tahun pembelajaran. Dan S2 minimal tiga tahun pembelajaran.
Untuk hafalan Al-qur’an sendiri tetap satu juz pertahunnya.

Bagi mahasiswa yang lulus dari Departemen agama dan sifaroh (kedutaan Mesir) diberikan asrama di daerah Madinah B’uts secara cuma-cuma.
Sedangkan yang terjun bebas, dapat menyewa rumah di luar, ataupun tinggal di Bu’ust setelah istidhofah (izin tinggal) putra maupun putri.

Anda yang mendapatkan prestasi jayyid, jayyid jiddan dan mumtaz akan dihargai di sini. Setiapnya dapat mendaftar di Bait zakat (salah satu yayasan pemberi beasiswa). Dan bagi yang mendapatkan minimal predikat maqbul akan dapat mengajukan beasiswa ke Al-azhar sendiri. Beasiswa yang diberikan pun tidak sedikit, 300 le lebih setiap bulannya, sekitar Rp.500.000. Dan bagi anda yang hidup biasa, akan berkecukupan dengan uang sebesar itu setiap bulannya. Selain itu, mahasiswa Indonesia sebagian besarnya juga mendaftar di Jam’iyah Syar’iyah yang membagikan beasiswa 100 le setiap bulannya.

Sementara dalam hal buku-buku perkuliahan dan kitab, anda harus membeli sendiri dengan kocek sendiri tentunya. Dan segala macam adminstrasi pun sudah mulai berpindah dari sistem prabayar, menjadi berazaskan mengeruk laba dan untung dari mahasiswa akhir-akhir ini.

Kebijakan-kebijakan yang kerap berubah membuat opini-opini terus berkembang, seperti halnya isu perpindahan kampus dan ide penyatuan banin dan banat yang akhirnya sudah dibantah .

Sensasi Mesir yang menawan dan penuh peerjuangan akan anda dapatkan setelah berkunjung ke Negri Kinanah ini. 
 
sumber: http://pagariman.blogspot.com/2010/09/pilih-belajar-di-lipia-jakarta-atau-di.html