Delightedream Website

  • Kumpulan artikel Islami, sesuai pemahaman salafusshalih.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Apr 20, 2014

Ittaqullah Wayuallimukumullah

Suatu waktu pada saat ziarah hari raya, aku bersama teman-teman mahasiswa Turkey bersilaturahim ke kediaman syeikh Saied Ramadhan Buty, setelah duduk ditemani beliau dan beberapa orang lain sambil menikmati "ahweh murroh", kami pamit minta izin, sebelum beranjak pergi, salahsatu temanku berkata, "Kami minta pesan biar mendapat motivasi dalam belajar dan berdakwah", beliau menjawab singkat, "Ittaqullah wayuallimukumullah". Nasehat singkat yang sering aku baca di Quran, tapi jarang kusadari maknanya mengakhiri pertemuan kami dengan beliau.

Sepanjang perjalanan pulang aku berfikir, kenapa bisa terlewat kalimat itu dari benakku, kalaupun aku tahu, tapi jarang sekali kulaksanakan. "Ittaqullah wayuallimukumullah", bertaqwalah kamu pada Allah, maka Allah akan mengajarimu. Aku mulai berfikir, ternyata selama ini aku membaca Quran cuma sekedar baca, tidak sampai ke hati, hanya nyantol ditenggorokan. Aku jadi ingat pesan Dr. Aiman Syawwa tentang tadabbur Quran, kata beliau "Pastikan setiap hari kamu punya paling tidak 30 menit untuk membaca dan mentadabburi Quran", beruntunglah kamu-kamu yang belajar bahasa Arab, bisa membaca Quran dan memahaminya, meskipun yang tidak paham juga dapat pahala membaca, karena sekedar membaca saja sudah bernilai ibadah, tapi bagi yang baca dan paham tentunya ada nilai plus.



Ittaqullah wayuallimukumullah, bertaqwalah kamu kepada Allah, maka Allah akan mengajarimu, kalimat singkat yang penuh dengan motivasi,bagi yang sedang mencari motivasi untuk menjadi insan yang lebih baik, ini lahmotivasi yang kudu kamu ingat dan kamu lakukan.

Kalau kamu mau mengakui bahwa "ilmu pengetahuan" itu adalah cahaya ilahi dan cahaya itu suci, maka dia tidak akan bisa ditempatkan kecuali di tempat yang suci juga. Tempat ilmu itu bukan otak, tapi hati, kamu harus membenahi hati dulu baru ilmu itu bisa masuk dalam hati.

Orang akan mengatakan, "Alah, teori! Orang kafir para penemu-penemu besar tidak ada yang beriman, tapi bisa membuat pesawat terbang!". Hmmm…apa kamu kira Thomas alva Edison itu nggak beriman? Wilbur dan Overly Wright itu nggak beriman? Issac Newton tidak beriman? Mereka semua orang-orang yang taat beragama, meskipun mereka itu beragama Kristen, tetapi mereka tetap beriman bahwa di balik dimensi yang terlihat oleh mata, ada kekuatan lain yang mengatur alam ini, mereka percaya itu.

"Lah, terus bedanya sama orang Islam?",jelas lah bedanya, pertama ilmu mereka itu hanya membantu mereka di dunia saja,kalau sudah lewat pintu kuburan, tidak ada lagi Sir Thomas Alfa Edison."Tapi, kenapa Allah mau memberi mereka ilmu sebesar itu, sehingga dunia banyak memngambil faidah dari mereka?". Allah itu Maha Adil, Maha Pengasih dan Maha Penyayang, siapa yang mau berusaha dan meminta, Allah kasih, tapi kalau dia tidak beriman pada Allah, Allah nggak akan menyayangi mereka, hanya pengasih pada semua hamba-Nya, baik mukmin maupun kafir, sedangkan sifat penyayangnya hanya diberikan kepada mukmin.

Kedua, ilmu apapun yang dipelajari oleh seorang yang beriman dan bertaqwa akan memberikan manfaat bagi mereka dan orang lain di dunia dan akhirat dan paling penting adalah apa yang dia pelajari semuanya bernilai ibadah. Seorang mahasiswa yang beriman dan bertaqwa saat belajar tehnik di kampusnya, tercatatlah dia sebagai orang yang sedang keluar "fisabilillah" sampai dia pulang lagi ke rumahnya. Ilmu yang dipelajarinya sama saja dengan ilmu yang dipelajari orang-orang atheis di Moscow, cuma yang membedakan mereka adalah iman. Jadi, jelas bahwa ilmu itu sesuatu yang sacral dan suci, jadi harus menyucikan diri sebelum mencari ilmu, maka ittaqullah wayullimukumullah….

Bertaqwa itu sebenarnya implementasi dari apa yang selalu kita ucapkan setiap mau shalat 5 waktu, yaitu "Allahu akbar",Allah Maha Besar. Itu adalah sebuah statement dimana kita mendeklarasikan bahwaAllah itu adalah Maha Besar, artinya tidak ada yang lebih besar dari Allah.Kalau kita sudah mengimplementasikan "Allahu akbar" dalam perbuatan seperti halnya kita ucapkan dengan kata-kata saat pembukaan shalat, itulah dia ketaqwaan.

Kalau istri dan anak masih lebih besar, maka Allahu Akbar kita dalam sholat cuma "ngapusi", kalau dunia lebih besar daripada perintah Allah, maka Allahu Akbar kita cuma bohongan. Istri dan anak adalah sumber kekuatan dan sarana untuk kita lebih bisa menerapkan Allahu Akbar dalam hidup, bukan malah jadi penghalang.

Jangan sampai kamu meninggalkan kewajiban dan melakukan larangan Allah demi mencari kerelaan dan menyenangkan hati anak dan istri, jangan sampai karena  kepentingan dunia kamu merusak aturan Allah,tetapi jadikan anak, istri dan dunia sebagai sarana untuk mencari kerelaan Allah. Carilah kerelaan Allah lewat dunia, anak dan istri, maka kamu akan mendapat kerelaan mereka semua, jangan sampai kamu mencari kerelaan mereka dengan menantang dan mengabaikan kerelaan Tuhan, kamu akan rugi dua kali.

Dengan "Allahu akbar" raihlah ilmu yang dititipkan Allah kepada hambanya yang bertaqwa, ittaqullah wayuallimukumullah.Sebenarnya ini adalah teori, aku sendiri belum mempraktekkannya, tetapi aku punya keyakinan, karena telah banyak orang yang mempraktekkanya.

Sebut saja Imam Nawawi, seorang ulama besar yang berumur pendek, dalam umur 45 tahun beliau wafat, tetapi meninggalkan karya tulis berupa ilmu hadis dan fiqih yang kalau dihitung dengan jumlah umurnya,maka akan kita dapatkan bahwa beliau setiap hari menulis 21 lembar! Bayangkan,kapan beliau belajar?kapan mengajar?kapan tidur? Kapan makan?kapan menulis?Tidak masuk akal kalau kita selalu memasang akal untuk hal-hal yang dikehendakiTuhan, imam Nawawi terkenal sebagai orang yang benar-benar mengimplementasikan"Allahu akbar" dalam kehidupan sehari-hari, sampai-sampai beliau tidak mau makan buah-buahan hasil tenaman kebun-kebun di kota Damascus, karena di Damascus banyak tanah wakaf beliau takut yang dimakan itu adalah buah dari kebun wakaf. Meskipun secara hukum fiqh halal kita memakan buah itu, karena memang persentase kemungkinan yang dikhawatirkan sang imam sangat minim, tetapi sifat wara' yang beliau miliki sudah di atas rata-rata, maka itu beliau jauhi.Sebesar itu perhatian beliau terhadap apa yang dikonsumsi, demi menjaga agar darah yang mengalir dalam nadinya benar-benar halal, sehingga apa yang dilakukakannya penuh keberkahan.

Mungkin itu contoh public figure abad  ke 7,sekarang kita lihat contoh kontemporer, Prof. Dr. Wahbah Zuhaily, guru kita dan anggota majma fiqh Islamy, pengarang buku "al fiqh al Islamy waadillatuhu" dan "ensiklopedia fiqh Islamy", beliau sangat produktif dalam menulis, otomatis orang menulis pasti banyak membaca, karya beliau sampai ratusan, dari mana itu semua keberkahan? Itu semua dari implementasi "ittaqullah wayuallimukumullah", aku tidak akan menceritakan ibadah beliau, karena ulama-ulama itu tidak suka ibadahnya diketahui umum, karena itu adalah urusan dia dengan Tuhannya.

Sekali lagi, jadikan "ittaqullahwayuallimukumullah" sebagai sumber motivasimu untuk berkarya dan lebih banyak berbuat untuk sesama, jadikanlah hidup lebih hidup dengan"ittaqullah wayuallimukumullah".

sumber: https://www.facebook.com/notes/saief-alemdar/ittaqullah-wayuallimukumullah-repost-for-request/10151609303899940